SEBAGAI PENDETA PELAYANAN KHUSUS SINODE GKJ KE SOLO TECH UNIVERSITY
Minggu, 11 Agustus 2024, menjadi hari yang penting dalam kehidupan Sdr. Danang Kurniawan, M.A.R.S dan Universitas Kristen Teknologi Solo (UKTS, sering juga disebut Solotech University) khususnya, dan Sinode Gereja-gereja Kristen Jawa pada umumnya. Dalam ibadah jemaat yang dimulai pk. 09.00 WIB. di GKJ Bekasi, Mas Danang (begitu ia akrab dipanggil) menerima tahbisan dan pengutusan sebagai Pendeta Pelayanan Khusus (PPK) Sinode GKJ untuk UKTS. Ibadah itu sendiri dilayani oleh empat orang pendeta GKJ Bekasi, masing-masing Bp. Pdt. Octavianus Heri Prasetyo Nugroho, Ibu Kartini Astuti, Ibu Pdt. Temmy Setiowati, dan Bp. Pdt. Em. Kol Purn. Harold. Sedang Bp. Pdt. Suwandi Martoutomo, hadir secara virtual dari Bantul, Yogyakarta.
Dalam khotbah sulungnya, Mas Danang lebih menegaskan kembali tekadnya mengakhiri jalan hidup lama, dan menyerahkan diri pada tuntunan tangan Tuhan yang mengarahkannya memasuki kehidupan yang baru. Tergambar dalam khotbah yang didasarkan pada teks kitab Wahyu 21 : 5 – 7 dan diberinya tema “Pada Akhirnya adalah Permulaan” (terinspirasi dari buku Jurgen Moltmann, In the End-the Beginning), Mas Danang menegaskan bahwa di dalam Allah, tidak perlu kita berpikir mengenai akhir dunia. Yang perlu kita yakini justru sebuah spiritualitas baru, bahwa kita hidup dalam karya pembaruan Allah yang telah, sedang, dan akan terus dikerjakan-Nya. Dengan menghayati karya pembaruan yang terus menerus inilah, kita akan dimampukan hidup dalam pengaharapan kepada-Nya sekalipun harus melewati suka dan duka, tangis dan tawa.
Untuk lebih menegaskan pesan kitab Wahyu dan relevansinya bagi kehidupan umat sekarang, Mas Danang bukan saja mengambil ilustrasi mengenai pengalaman Moltmann, para comedian seperti Kang Didi, Gus Dur, dan Charlie Chaplin, serta Joseph Ratzinger (Paus Benediktus XVI) dan Jorge Borgoglio (Paus Fransiskus), tetapi juga melalui refleksi akan pengalaman hidupnya sendiri. Konon, ia pertama kali datang di kota besar Bekasi, sebagai pengamen yang menyanyi dari satu bus ke bus lain. Pola hidupnya, amat jorok. Tetapi Tuhan telah menangkap dengan cinta kasih-Nya, dan memakai berbagai pengalaman hidupnya untuk terus membentuknya.
Nyssa Janice, yang kemudian menjadi istrinya, adalah salah seorang yang sangat berperan dalam “merapikan” hidupnya. Ia bagaikan malaikat yang diutus Tuhan untuk meneruskan peran orangtua yang ditinggalkan di kota kecil asalnya, guna mendampingi Mas Danang di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota besar. Kini mereka telah dikaruniai dua orang anak, Hersri Nala Kantiana dan La Renea Kandrayati.
Dan bukan Janice saja. Cinta kasih Tuhan juga dikaruniakan melalui rekan-rekan pemuda dan jemaat GKJ Bekasi, sebuah komunitas yang terus memberikan kehangatan di tengah perjuangan hidupnya. Bila dihitung, sudah sekitar 22 tahun lamanya Mas Danang mengalami pembaruan demi pembaruan oleh Tuhan, dalam pergumulan bersama jemaat GKJ Bekasi.
Secara akademis, proses pembaruan diri Mas Danang itu juga dialaminya melalui pendidikan akademik di STMIK Bina Insani (Juni 2005 – Mei 2008), STFT Jakarta (Agustus 2009 – Juni 2014) dan kelas-kelas intensif di STF Driyarkara, Hartford Seminary (September 2016 – Mei 2017 dan Mei 2017 – Mei 2019) dan kelas-kelas di Boston University dan Harvard Divinity School. Pun demikian dengan berbagai pengalaman karya dalam ragam bidang yang pernah ditanganinya.
Semua pengalaman itu meyakinkannya untuk terus maju, tanpa rasa takut dan gentar, sebab dalam setiap akhir periode kehidupan, tersedia lembaran baru yang harus dijelajahi. Dan Allah memanggil setiap kita bukan untuk mengakhiri, tetapi untuk terus memulai kebaruan dalam kesetiaan.
Kini, Mas Danang bertoga hitam sebagai PPK UKTS.
Toganya yang berat itu, akan terus mengingatkannya pada tugas seorang hamba yang memang tidak ringan. Sedang warna hitamnya, menggambarkan jalan sunyi dalam karya kegembalaannya. Pada jalan sunyi itu, ia harus lebih banyak bercakap dengan Tuhan, yang seringkali lebih banyak hadir dalam diam.
Kiranya kehangatan civitas akademika UKTS, yang dalam ibadah itu diwakili kehadirannya oleh Dewan Pembina, Pengurus Yayasan, dan Rektor, akan menjadi komunitas yang saling membarui, hingga seperti ungkapan Paus Fransiskus yang dikutip oleh Mas Danang, karya bersama mereka akan dijalani dengan semangat, “Jika ada air mata yang mengalir, kita semua wajib menjadikannya air mata kebahagiaan”.
Bekasi, 11 Agustus 2024


