SEJARAH GEREJA_KRISTEN JAWA
Gereja-gereja Kristen Jawa yang keberadaannya tersebar luas di Jawa Tengah dan Yogyakarta, ditambah beberapa gereja yang tumbuh di Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta dan Banten yang dulunya dikenal dengan Pasamoewan Kristen Djawi ing Djawi tengah sisih Kidoel (Gereja Kristen Jawa Tengah Selatan), ditumbuhkan oleh pekerjaan para penginjil pribadi, seperti: Ny. Van Oostrom-Philllips dan Ny. Christina Petronella. Jemaat hasil pekerjaan para zendeling NGZV ( Nederlandsche Gereformeerde Zendingsvereeniging). NGZV yang dibentuk pada 6 Mei 1859 di Amsterdam dan berbadan hokum sejak 19 Oktober 1859 merupakan zending yang konvensional karena mereka dengan mantap selalu berpegang pada ajaran Calvin. Disamping para zendeling NGZV juga para pendeta utusan dari Zending van de Gereformeerde Kerken in Nederland (ZGKN) atau disebut sebagai de Gereformeerde Zending in Midden Java, zending Gereja Gereformeerd yang bekerja di kawasan Jawa Tengah bagian Selatan. Dengan demikian, timbulnya GKJ dapat dikembalikan pada pembaptisan para pengikut Ny. Van Oostrom asal Banyumas pada tanggal 10 Oktober 1858 mendapatkan baptisan oleh zendeling Hoezoo di Semarang. Tonggak awal ini disusul dengan baptisan pengikut Ny. Philips-Stevens pada 27 Desember 1860 di Indische Kerk Purworejo oleh Pdt. Braams. Sampai pada tahun 1870 telah dibaptis 29 orang, enam orang diantaranya anak-anak, paling sedikit lima dari mereka ini sebelumnya telah memperoleh pengajaran agama dari Tunggul Wulung. Pada tahun 1871 Kyai Sadrach dengan pengikutnya membangun sebuah gedung kebaktian dari bahan kayu di atas tanah mertuanya yang dahulu berupa danau kecil di daerah Karangjoso, ii disusul kemudian dengan pembangunan rumah ibadah di Banjur tahun 1972, di Karangpucung, di Kedungpring, serta di Karanglembu, semuanya dibangun pada tahun 1873. Dengan meninggalnya Ny. Philips pada tanggal 23 Mei 1876 dalam usia 51 tahun, maka Kyai Sadrach harus mandiri dalam mengasuh jemaatnya dan menambah namanya menjadi Kyai Sadrach Surapranata
Tumbuhnya gereja Kristen asuhan ZGKN terjadi pada awal abad ke-20 di beberapa sentra penginjilan, mulai dari kawasan Bagelen-Purworejo, Kebumen, Banyumas, Purbalingga, Wonosobo, Yogyakarta, Magelang dan Surakarta. Sekian banyak gereja yang ditumbuhkan di tempat-tempat itu tampil dengan warna calvinis-gereformeerd sesuai dengan asas yang dianut oleh para utusan dan gereja pengutusnya di Nederland. Setelah sebagian gereja di dewasakan dengan memakai istilah Pasamoewan Kristen Djawi ing Djawi Tenagh sisih Kidoel (Gereja Kristen Jawa Tengah Selatan), bergabunglah ke dalam gereja-gereja ini para pengikut Kyai Rasul Sadrach yang pada waktu itu sudah bercorak sebagai Hersteld Apostoliche Zendingkerk atau Gereja Kerasulan. Dibawah pimpinan Kyai Rasul Jothan Martaredja, sejak tahun 1933 mereka bergabung menyatu dengan GKJ yang berasas gereformeerd. Kelompok ini ada kemungkinan tidak melupakan sama sekali warna gereformeerd yang pernah ditanamkan oleh zendeling Wilhelm pada saat Wilhelm diminta menjadi pendeta dari gereja yang dulunya menyebut diri sebagai Golongane Wong Kristen Kang Merdika binaan Kyai Sadrach, yang kemudian beralih wajah sebagai Gereja Kerasulan.
Kelompok Sadrach dapat dikategorikan merupakan bagian dari kelompok Kristen Jawa ramuan Coolen di Ngoro Jawa Timur. Sedikit berbeda dengan Kyai tunggul Wulung-gurunya- yang menyebut umat asuhannya sebagai Kristen Jawa, Kyai Sadrach lebih senang menyebut jemaat asuhannya sebagai Golongane Wong Kristen Kang Merdika. Merdeka dari campur tangan zending Eropa, NGZV maupun campur tangan ZGKN.
Kyai Sadrach mendapatkanpengakuan secara internasional selaku Rasul Jawa melalui Legitimatie en Erkenningsbewijs (Surat Pengakuan) yang diterbitkan oleh Hersteld Apostolische Zendings gemeente in de Eenheid der Apostolen (HAZEA) di Ekhuin Belanda dan ditandatangani oleh J. Kofman RZ –Ketua dan Rasul HAZEA- Mei 1901. Dengan keluarnya Surat Pengakuan kerasulan Kyai Sadrach ini, jemaat Kristen Jawa asuha Kyai sadrach yang semula menyebut diri : Golongane wong Kristen kan Mardika kini sebutannya menjadi Gereja Hersteld Apostolische Zendings gemeente in de Eenheid der Apostolen/ Hersteld Apostolische Gemeenten atau lebih mudahnya disebut sebagai gereja Kerasulan.
Ketika Kyai Sadrach meninggal dalam usia 90 tahun pada tanggal 14 November 1924, nasib jemaatnya telah diserahkan kepada anak angkatnya
Jemaat Kristen Jawa Kyai Sadrach tersebar diberbagai karesidenan dengan jumlah sekitar 86 kelompok jemaat sejak kini terlepas dari berbagai rongrongan dari pihak manapun.
Para penginjil perintis dan lahirnya jemaat Kristen jawa perdana di Jawa tengah “Selatan” diantaranya: Ny. Van Oostrom-Philips dari Banyumas, Ny. Christina Petronella Philips-Steven, Kyai Sadrach (Radin Abas)
Gereja-gereja Kristen Jawa Tengah bagian Selatan berhasil melewati masa-masa penderitaan pada zaman pendudukan Jepang dan perjuangan mempertahankan proklamasi republic Indonesia. Pada tahun 1949 tepatnya pada tanggal 5-6 Juli 1949 terjadi penggabungan antara Geredja-geredja Kristen Djawa Tengah Selatan (GKDTS) yang gereformeerd ini dengan Geredja-geredja Kristen Djawa Tengah Utara (GKDT). Gereja ini mengadakan kerjasama erat dalam pekabaran Injil dengan “saudara tua”-nya, yaitu de Gereformeerd Kerken in Nederland (GKN), berdasarkan Kwitang Akkorrd 1947 dan Algeme Dienst-Regional Akkord 1948.