+ (0298) 326684

sinode@gkj.or.id

Follow Us:

Pemaparan Pokok Pikiran Tema Sidang MPL PGI

Sidang MPL PGI di Tuapeijat menghadirkan tiga pembicara untuk mendalami tema.

Tema                    : Aku adalah yang awal dan yang akhir.

Pikiran Pokok  : Spiritualitas keugaharian : Membangun  kehidupan yang demokratis dan berkeadilan serta politik yang bermoral dan beretika.

1. Romo A. Setyo Wibowo. Spirit Keugaharian.

Kodisisi kita : korupsi, biaya caleg mahal. Masyarakat juga serakah : nyontek, plagiarisme, melawan arah. Keserakahan ada dimana-mana. Obatnya adalah KEUGAHARIAN. Untuk mengatasi serakah, uang, kebanggaan dan kekuasaan. Keugahariaan hanya bisa dibangun dengan pendidikan yang berupa keteladanan. Ini adalah pendekatan INDIVIDUAL. Keugaharian adalah kontrol diri.

Kita perlu belajar dari  filsuf  Platon. Pemikiran  Platon memberikan penjelasan bahwa manusia terdiri dari tiga bagian : 1) Desire. Didalamnya ada nafsu. 2) Sprit. Didalamnya ada harga diri. 3) Reason. Didalamnya ada rasio. Dalam desire  terdapat Epithumia yang berisi nafsu makan, minum dan seks yang berujung dan inti dari semuanya adalah uang. Ini sulit dibatasi secara kualitatif dan kwantitatif. Mengumpulkan uang akan terus terjadi untuk memenuhi imajinasi kebutuhan. Ini tidak rasional. Sehingga perlu dikendalikan oleh rasio dan berani menyatakan cukup.

Solusi dari semua itu adalah pendidikan. Karena desire berada dalam ranah irasional maka pendidikan dilakukan pada tahap pra-rasional. Pendidikan yang dilakukan untuk anak-anak dibawah umur 10 tahun. Dilakukan dengan cara pengembangan seni, cerita, mitos, puisi, musik. Anak-anak akan melakukan seperti yang diteladankan orang tua dan orang-orang disekitarnya. Dalam gereja ada peluang untuk membangun pendidikan pra-rasional dengan cerita yang didasarkan pada teologi yang lurus (teologi lurus itu berisi bahwa Tuhan itu baik), disertai dengan pengenalam musik yang bagus dan pengembangan seni.

2. Pdt.Jimmy Sormin.

Fakta kehidupan kita adalah konvergensi. Banyak variabel yang bertemu maka hal-hal baru  akan tercipta. Ini saling bertukar dan saling menyatu. Ini yang terjadi pada kehidupan kita sebagai gereja dan bangsa. Pintu reformasi berupa semangat :  anti kkn, otonomi daerah, kebebasan berpendapat, demokratis (parpol bertambah), Kemerdekaan pers. Ini sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Fakta yang perlu kita sadari adalah ketidakadilan kkologis.

Prinsip 3 Dasar Keugaharian : 1) Berani katakan cukup. 2) Berbagi supaya yang lain cukup. 3) Advokasi sistem supaya semua ciptaan merasakan kecukupan. Peran gereja adalah moral dan etika dalam kehidupan. Menjadi pertanyaan reflektif bagi kita adalah apakah gereja berprilaku dengan standar moral yang baik dan hidup beretika ? Bagaimana gereja menjalankan mandat untuk terus mengawal kehidupan berbangsa dengan standar moral yang baik dan hidup secara etis.

3. Ibu Rozidelano Putri Hanida. Dosen Univesritas Airlanga Padang.

Ada tiga bentuk pemerintahan dengan masing-maisng bahayanya : 1) Monarki bisa berujung Tirani. 2) Aristrokrasi bisa berujung Oligarkhi. 3) Demokrasi bisa berujung pada Anarkhi. Kalau pilihannya adalah demokrasi maka siapapun yang terpilih adalah orang yang bisa mewujudkan cita-cita dan harapan bersama. Fakta di Indonesia, indek domokrasi berada pada rata-rata angka 6, ini artinya kita masih berada pada kondisi pura-pura demokratis.

Peran politik warga negara tidak boleh hanya dimengerti dengan satu kali dalam lima tahun. Tetapi harus tetap terlibat dalam perencanaan pembangunan, penyampaian aspirasi dan mengawal secara aktif terhadap pemerintah. Hanya saja ini sulit terjadi karena praktek politik uang. Itu seperti transaksi yang sudah dijual lepas, sehingga orang yang dipilih sudah merasa membayar suara dan tidak ada tanggungjawab atas mandat yang diterima.

Dari sisi kehidupan bersama di Indonesia, kita adalah masyarakat inklusi tetapi kita sering membangun dan mendengar narasi pemisahan dan mental mayoritas-minoritas. Beliau mencontohkan perasaannya sebagai seorang perempuan yang berhijab di tengah-tengah pimpinan gereja se Indonesia. Kita perlu membangun sikap untuk saling menerima. Ibu Ozi menyampaikan kata ’saling berterima’ dalam logat Minangkabau. Gereja harus dibangun dalam semangat saling menerima dan menghidupan keragaman.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Informasi Kontak

© 2022 Created  Sinode GKJ