Catatan keenam ini sebagai tambahan informasi diluar acara Sidang MPL PGI. Catatan tentang GKPM dan Mentawai menjadi penting karena alasan pemilihan tuan-puan Sidang MPL oleh MPH PGI. Semangat untuk hadir secara langsung di daerah 3 T (terdepan, terluar dan tertinggal) supaya pimpinan-pimpinan sinode-sinode se Indonesia dapat mencicipi, menghirup dan merasakan denyut nadi kehidupan gereja dan masyarakat yang dikunjungi.
GKPM merupakan gereja yang sudah berusia lebih dari 140 tahun, yang dimulai dari peristiwa pembunuhan misionaris. Perjalanan panjang pelayanan tahun 1901 dari penginjil Jerman, HKBP dan BNKP. Sekarang ini GKPM dipimpin oleh Eporus Pdt. Binsar Parlindungan Sababalat, S.Th. GKPM memiliki jumlah warga jemaat sekitar 38.159 jiwa dari 8.722 Kepala Keluarga. Jumlah jemaat ada 164 di Tiga wilayah/Distrik (Distrik I PUS, DistrikII Pulau Sipora dan Distrik III Pulau Siberut)[1]. Kemiskinan adalah ungakapan yang paling menggambarkan kondisi jemaat GKPM, inilah ungkapan dari Eporus Pdt Binsar. Pendeta harus mengupayakan kecukupan kebutuhan hidupnya. Sambil tertunduk, sang Eporus menyampaikan bahwa banyak pendeta yang gajinya (menyebutkan angka yang saya membayangkan sekitar 60% UMR Yogyakarta). Inilah salah satu percakapan disela-sela diskusi di Panitia Pesan Sidang MPL PGI. Teman pendeta dari HKBP menyampaikan bahwa sudah ada keputusan di HKBP bahwa ada potongan gaji pendeta dalam rangka mendukung penggajian pendeta di GKPM.
Dalam kondisi akses ke kota yang sulit, sumber daya alam yang melimpah dengan alam yang subur, belum bisa membuat masyarakat sejahetra. Pesembahan jemaat setiap minggu kurang lebih 150 – 250 ribu memberikan gambaran keterbatan keuangan jemaat dan sinode. Kondisi keuangan yang sangat terbatas ini membuat pelayanan sinodal menjadi sangat menantang. Sinode yang berada di kabupaten kepulauan dengan tiga pulau besar yaitu : Siberut, Sipora dan North Pagai. Kondisi kemiskinan ini berbanding lurus dengan pendidikan yang rendah. Kondisi yang demikian menjadi kerentanan khusus yang dimanfaatkan oleh para pihak untuk kepentingan mereka.
Mantawai memiliki potensi alam dan keindahan alam yang luar biasa. Pantai dengan pasir putih dengan air yang sangat jernih, ombak laut yang bisa mengundang banyak wisatawan asing. Pariwisata memang mulai mengeliat, namun belum bisa mengangkat kesejahteraan warga lokal. Mentawai juga memiliki tanah yang subur dan mengasilkan sumber makanan yang alami dan nikmat. Selama sidang saya lebih memilik makan talas dari pada nasi. Talas Mentawai teras lebih legit dari Talas yang pernah makan. Talas dikombinasi dengan ikan laut kuah menjadi menu yang terus membuat kenangan pada Tuapeujat Kab. Mentawai. Kiranya Tuhan Yesus memberkati GKPM dan masyarakat Tuapeujat Kab. Mentawai.
[1] sumber : https://pgi.or.id/wp-content/uploads/2023/09/Tata-Ibadah-HPII-dan-HPKD-2023.pdf