Laporan MPH PGI dituangkan dalam laporan setebal 198 halaman, semua didistribusikan dalam bentuk softfile. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mendukung pelestarian lingkungan dengan cara paperless. Bantuk komitmen lain dalam upaya mendukung pelastarian lingkungan adalah tidak ada penggunaan air minum kemasan, dus kertas untuk makanan. Peserta sudah diminta membawa tumbler sendiri dari rumah. Akupun membawa tubmler dari rumah, tetapi sesampainya di tempat persidangan ternyata panitia menyediakan tumbler. Semoga tidak timbul sampah baru berupa tumbler. Prilaku tanpa plastik dan kertas makan dapat dibiasakan di sidang-sidang klasis dan Sinode GKJ. Kebiasaan baik memang kadang perlu dipaksakan saat memulainya.
Laporan kegiatan MPH PGI mengacu pada tema Sidang Raya dan mandat Sidang MPL PGI tahun lalu. Delapan isu strategis tersebut adalah : 1) Berkembangnya dialog dan aksi bersama gereja lokal dalam jejaring oikumenenis. 2) Bertumbuhkembangnya formasi oikumenis gereja berwawaskan kebangsaan. 3) Terdata, tertata dan berkembangya potensi Gereja-gereja di Indonesia. 4) Terkelolanya tantangan dan peluang revolusi teknologi dan media sosial. 5) Terbangunnya perjuangan untuk keadilan sosial dan kelestarian ekologi serta kemandirian ekonomi warga gereja di Indonesia. 6) Membentu Komisi Hukum Gereja. 7) Tertatalayaninya perlindungan hukum dan HAM bagi gereja dan warga gereja. 8) Berkembangnya diskursus teologis pemahaman bersama iman Kristen (PBIK).
Laporan keuangan dipaparkan oleh bendahara dengan kondisi keuangan yang positif, hal ini tentu menjadi tanda atas berkat Tuhan. Ada catatan dari badan pengawas yang menyatakan bahwa serapan dana anggaran program sangat kecil. Pertanyaan yang muncul adalah apakah program-program tidak berjalan ? Pdt Gomar sebagai Ketua Umum PGI menjelaskan bahwa serapan anggaran program kerja yang kecil disebabkan karena partisipasi gereja, lembaga mitra dan pemerintah sangat tinggi dalam menjalankan program kerja. Program kerja dapat dilaksanakan dengan pembiayaan dari pihak mitra. Secara umum, laporan MPH PGI dapat diterima oleh peserta sidang.
Dalam rangka untuk memetakan tantangan dan juga menggali afirmatif action dari gereja-gereja anggota PGI, dilakukan diskusi berdasarkan wilayah di Indonesia. Majelis Persidangan yang salah satunya adalah Pdt Eunike (Sinode GKJ) menyampaikan tentang tujuh pembagian wilayah. GKJ berada pada kelompok Jawa – Banten. Saya sendiri didapuk menjadi sekretaris untuk mendampingi Pdt Margi dari PGI W Jawa Barat sebagai ketua.
Ada dua isu dari empat isu yang bisa diselesaikan dalam diskusi kelompok wilayah. Isu yang pertama adalah sprititualitas keluarga dengan beberapa rekomendasi : 1) Era digital sebagai ‘musuh dan peluang / ruang baru’. 2) Pengembangan Ekklesia Domestika dan Ekklesia Digital. 3) Spiritualitas Keluarga Pendeta (Mental Health). 4) Literasi digital. 5) Parenting. 6. Intergenerasional. Isu kedua adalah gerekan oikumene dengan beberapa rekomendasi : 1) Yang sering menyatukan adalah ‘tantangan bersama’, maka kita perlu melihat hal-hal yang menjadi tantangan bersama. 2) Perjumpaan yang berbagi ‘Best Practice and Lesson Learned’ masing-masing gereja sehingga bisa saling menginspirasi. 3) Mendukung tuan-puan MPL PGI adalah daerah 3T (terluar, tertingal, terdepan) dengan semangat memberikan perhatian besar kepada pergumulan gereja yang menjadi Tuan-Puan MPL PGI. Sehingga muncul kerjasama kongrit antar gereja. 4) Setiap daerah memiliki kemampuan resilience sehinga yang dibutuhkan adalah tranformasi dan kolaborasi. 5) Berjalan bersama dengan semangat ‘berbagi roti’. 6) Krisis ekologi hanya bisa diselesaikan dengan pergerakan nyata dari Antroposentris ke Kosmosentris.




